Langsung ke konten utama

Menuju MPASI (Makanan Pendamping ASI)

Baby Nay sudah lima setengah bulan,
setengah bulan menuju berakhirnya ASI eksklusif alias hanya memberikan ASI untuk Nay.
Kenapa enam bulan?
Karena ada berbagai manfaat bagi ibu dan si bayi jika (mampu) memberikan hanya ASI sampai usia 6 bulan.
Dalam kondisi khusus, tentunya bisa aja bayi mulai MPASI  atau minum susu formula sebelum 6 bulan.

Nah, minggu-minggu belakangan mulai cari info sana-sini untuk bikin menu hariannya Nay.
Maunya dibuat jadwal makan dua mingguan, biar mikirnya dua minggu sekali, 
dan si-mbak nggak bingung Nay mau dikasih makan apa.
Cari infonya dari nanya ibuk, googling, cari di instagram, cari di youtube, beli buku-buku MPASI, sampe nanya langsung ke dokter anak waktu jadwal imunisasi.

Ternyata bingung juga lho nentuin menu makan buat bayi.
Apalagi kalau sumbernya banyak.
Yang satu bilang diawali dengan buah, yang satu bilang jangan buah tapi mulai dengan serealia.
Yang satu bilang lebih baik masak sendiri bubur asi, yang satu lagi bilang lebih baik tepung beras.
Yang satu saranin makan dari tepung, yang satunya bilang tepung bikin ginjal kerja keras.
Yang satu bilang MPASI homemade, yang satunya bilang makanan terfortifikasi.
Dan baaaaanyak lagi yang lain.
Padahal sumber yang saya ambil itu ya sebisa mungkin yang infonya valid. 

Akhirnya saya nurut sama Mas. 
Katanya, "ikuti salah satu aja. Makin banyak yang dibaca, makin bingung nantinya."
Jadi buat ibuk-ibuk yang sama bingungnya sama saya, stop ya. 
Lebih baik putuskan sekarang mau ikut yang mana.

Dan setelah baca-baca lagi,
saya akhirnya menemukan jawaban dari kasus-kasus diatas:

MPASI pertama, buah vs karbo
Ternyata, kecukupan energi bayi yang bisa dipenuhi ASI mulai berkurang di usia 6 bulan (grafik dibawah). Makanan apa yang kaya sumber energi? Salah satunya makanan yang mengandung karbohidrat, bisa serealia (beras, jagung); umbi-umbian (kentang, ubi, singkong, talas); juga yang mengandung lemak (margarin, butter/mentega, lemak daging); dan minyak (paling bagus minyak zaitun).
Sumber : http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/66389/1/WHO_NHD_00.1.pdf?ua=1&ua=1 
MPASI homemade vs terfortifikasi
Fortifikasi, maksudnya pengayaan nutrisi untuk meningkatkan kandungan gizi suatu zat.
Pembuatan makanan fortifikasi diatur oleh  The Codex Alimentarius Commission, yaitu lembaga yang dibuat oleh FAO dan WHO (1963) yang mengatur standar pembuatan makanan dan menjamin keamanan termasuk cara membuat, promosi dan transportasi dan dilindungi oleh pemerintah Internasional (sumber). Yang artinya, makanan fortifikasi tersebut aman dikonsumsi bayi, terlebih The Codex Alimentarius mengatur bahwa makanan bayi yang diproduksi massal tidak boleh menggunakan pengawet dan zat aditif yang berbahaya (sumber)
Sedangkan makanan homemade adalah makanan yang kita olah sendiri. Asalkan makanan yang diolah bersih dan dibersihkan, dalam kondisi bagus, mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh, dan tidak menyebabkan penurunan tumbuh-kembang (terlihat dari KMS), saya masih beranggapan sebisa mungkin menyediakan MPASI homemade. Terlebih nantinya bisa tau makanan apa yang disukai, atau makanan apa yang memicu alergi.
Kecuali ya dalam kondisi khusus jadi nggak bisa bikin MPASI homemade, entah sakit, sibuk, atau di perjalanan.

Dengan/tanpa gula
Gula termasuk jenis makanan yang kaya-energi.
Penambahan gula dalam MPASI dibolehkan asal dalam jumlah yang kecil (sumber).
Kalau saya, memilih mengenalkan rasa asli makanan dan menunda gula (dan garam) sampai diatas usia 12 bulan.

Alhamdulillah, saya jadi punya gambaran untuk mempersiapkan MPASI nantinya.

Ohiya, kalau ada yang mau cari info seputar MPASI bisa baca/tonton :
- Artikel terkait MPASI dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)

Komentar