Langsung ke konten utama

Tentang rezeki, sudahkah kita bersyukur?

Saya pernah dengar kutipan ini
 Tuhan memberi kita rezeki sesuai porsinya, dan setiap manusia punya porsinya masing-masing. Barangkali porsi kita sebesar ember, tak mungkin Tuhan hanya mengisi air sebanyak gelas. Pun sebaliknya, kalau porsi kita hanya sebesar gelas, tak mungkin Tuhan mengisi air di gelas kita sebanyak ember.
Saya selalu meyakinkan diri, bahwa Tuhan tak pernah salah alamat.
Rejeki, jodoh, takdir saya tak mungkin tertukar dengan orang lain.

Kalau saya selalu merasa kurang, barangkali karena saya kurang bersyukur.
Kalau Tuhan memberi saya cobaan, barangkali saya memang perlu diingatkan. Agar ingat memanjatkan doa, agar ingat memohon maaf.
Kalau Tuhan memberi saya rejeki lebih, barangkali Tuhan mengingatkan saya untuk berbagi. Bahwa sebagian yang ada di tangan saya sebenarnya milik orang lain yang Tuhan titipkan.
Kalau saat ini saya tidak bisa mendapat apa yang saya inginkan, barangkali karena Tuhan berfikir saya belum mebutuhkannya, atau -seperti yang pernah saya tulis dulu- barangkali saya belum dan tidak layak untuk mendapatkannya.
Atau bisa juga Tuhan sebenarnya sebenarnya sedang mengingatkan saya untuk lebih sering meminta. Agar saya lebih sering bersujud, meluangkan waktu untuk berjumpa dengan-Nya, memanjatkan doa akan apa yang saya pinta.

Karena Tuhan tak mungkin salah.
Mungkin, ketika kita merasa kurang, sebenarnya kita yang hanya menengadahkan kepala tapi tak melihat nikmat yang sebenarnya sudah kita genggam.
Bukankah bahkan setiap detak jantung adalah nikmat yang seharusnya kita syukuri?

Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak. (HR. Ahmad)

Komentar